Gempa di Sumatera...


Terjadi kembali gempa bumi di Sumatera Barat (Sumbar)...,gempa yang terjadi pada sore hari tadi menimbulkan banyak kerusukan struktural dan korban jiwa, menurut lansiran berita di televisi bahwa getaran gempa di padang tersebut terasa di Mentawai,Jambi,Singapura hingga Malaysia.

Berdasarkan pemantauan Badan Meteorologi dan Geofisika, gempa yang menguncang wilayah Sumatera Barat dan sekitarnya memiliki dua pusat gempa (episentrum) yang berbeda, yaitu di laut dan di darat.

Fenomena alam yang terjadi dewasa ini sungguh tak dapat diduga, Kejadian alam yang terjadi dewasa ini sangat beragam, siapa yang salah??? Peristiwa alam ini lebih banyak dipicu oleh sentuhan tangan manusia baik yang legal maupun yang ilegal. Bencana yang merenggut nyawa, harta, dan dampak trauma psikologis yang mendalam akan duka cita, dan meninggalkan monumen murka alam bagi yang pelaku yang mengalaminya.
Bencana ini akan menjadi pelajaran sekaligus guru yang berharga bagi masyarakat, selain berserah diri pada-Nya juga ada suatu upaya kongkrit yang dilaksanakan secara faktual dalam memahami dan mengantisipasi kondisi alam secara teoretis logis, salah satu wujudnya melalui konservasi alam perbukitan yang akan menjadi kawasan penyangga (daerah resapan dan cadangan air) kehidupan manusia dan ekosistem lainnya. Bentuk upaya kongkrit publik tersebut adalah berbagi peran dalan pelaksanaan pemeliharaan kawasan hijau, posisi birokrat sebagai pelaksana dan pembuat policy diharapkan dapat mengakomodir persoalan serta melegitimasi hak masyarakat. Gerakan yang sinergitas antara masing-masing elemen komponen tersebut dalam menyelamatkan alam lingkungan,yang diharapkan dapat meminimalisir dampak negatif pasca bencana. Pemulihan (recovery) kondisi masyarakat pasca bencana akan lebih solid ketika kita mencoba membangun manajemen bencana (management disaster) agar siklus normalisasi kehidupan termasuk rehabilitasi tercapai dengan rentang waktu yang sesingkat-singkatnya.
Dengan melihat manajemen bencana sebagai sebuah kepentingan masyarakat kita berharap berkurangnya korban nyawa dan kerugian harta benda. Dan yang terpenting dari manajemen bencana ini adalah adanya suatu langkah konkrit dalam mengendalikan bencana sehingga korban yang tidak kita harapan dapat terselamatkan dengan cepat dan tepat dan upaya untuk pemulihan pasca bencana dapat dilakukan dengan secepatnya.
Pengendalian itu dimulai dengan membangun kesadaran kritis masyarakat dan pemerintah atas masalah bencana alam, menciptakan proses perbaikan total atas pengelolaan bencana, penegasan untuk lahirnya kebijakan lokal yang bertumpu pada kearifan lokal yang berbentuk peraturan nagari dan peraturan daerah atas menejemen bencana. Yang tak kalah pentingnya dalam manajemen bencana ini adalah sosialisasi kehatian-hatian terutama pada daerah rawan bencana.

Kesling Gempa

Gempa dapat merusak berbagai fasilitas lingkungan, seperti MCK, septic tank, saluran limbah, sumur, tempat pembuangan sampah, saluran air bersih, dan lainnya. Fasilitas ini dalam kondisi normal menjadi media yang menjamin kebersihan dan kesehatan suatu lingkungan. Tidak berfungsinya fasilitas ini dengan demikian akan mengkhawatirkan munculnya bermacam penyakit menular.
Setiap tempat tinggal manusia membutuhkan fasilitas lingkungan. Dikarenakan setiap saat manusia itu menghasilkan limbah dan membutuhkan air bersih. Demikian pula pada tempat tinggal sementara penduduk pasca gempa di pengungsian.
Beberapa hari pasca gempa beberapa penyakit mulai biasanya akan mengancam para pengungsi. Seperti diare, disentri, infeksi saluran pernafasan, demam berdarah, malaria, dan sebagainya. Tanpa penanganan kondisi ini tentu dapat memperparah penderitaan korban. Bahkan, menimbulkan korban baru. Mulai sakit hingga meninggal dunia.
Karenanya, bersamaan dengan program tanggap darurat prioritas yang layak segera diperhatikan adalah tanggap lingkungan. Yaitu upaya-upaya yang dilakukan untuk menangani masalah lingkungan pasca bencana.

Tanggap darurat sifatnya adalah penanganan sementara. Oleh karena itu dibutuhkan program atau fasilitas yang praktis namun optimal.
Praktis karena mendesak dan dalam keterbatasan. Serta optimal agar sesuai fungsi yang dibutuhkan. Jangan sampai alih-alih ingin membantu kebutuhan korban. Justru berpotensi menimbulkan masalah baru.
Pemenuhan fasilitas yang ramah lingkungan menjadi titik temunya. Selain menjawab kebutuhan dasar fasilitas yang ramah lingkungan juga dapat mengantisipasi dampak negatif. Bahkan, bisa berdaya guna.
Fasilitas lingkungan mendasar yang dibutuhkan misalnya adalah jamban. Tempat, material bangunan, dan ketersediaan air yang terbatas menuntut penyediaan jamban yang praktis. Model jamban praktis dan ramah lingkungan yang direkomendasikan beberapa pihak adalah jamban ecosan atau bio-toilet.
Jamban ini hemat air karena kotoran langsung masuk ke lubang tanah atau orang Jawa biasa menyebutnya dengan 'cubluk'. Ketika sudah tidak terpakai jamban ini tinggal ditimbun dan akan bermanfaat bagi kesuburan tanah.

Fasilitas selanjutnya adalah tempat sampah. Potensi timbunan sampah cukup besar mengingat jumlah pengungsi yang banyak dengan tempat yang sempit. Sampah yang berserakan akan mengundang penyakit melalui lalat, tikus, atau nyamuk.

Tempat sampah dengan demikian multak diperlukan. Akan lebih baik lagi jika tempat sampah menggunakan konsep pemilahan antara sampah organik dan anorganik. Pemilahan ini akan memudahkan dalam pengelolaan dan pemanfaatannya.

Fasilitas berikutnya adalah sarana air bersih. Air bersih menjadi kebutuhan dasar untuk keperluan masak, minum, dan mandi. Kuantitas sarana ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan yang beragam. Mengingat ketersediaan yang terbatas maka penggunaan air pun perlu dikelola sehemat-hematnya.

Upaya tanggap lingkungan kiranya tidak cukup hanya dengan penyediaan fasilitas. Yang tak kalah penting untuk diupayakan adalah penyuluhan bagi masyarakat (korban) tentang kesadaran dalam menjaga pola hidup yang sehat serta melakukan pengelolaan dan pemanfaatan fasilitas secara optimal.

Terhadap gempa di Jawa Menteri Sosial RI mencanangkan program tanggap darurat selama 14 hari sejak terjadinya gempa. Dan, tanggap lingkungan diharapkan bisa menyatu dengan program tanggap darurat tersebut.

Pasca tanggap darurat program rehabilitasi dan rekonstruksi menanti untuk segera dilakukan. Dan, kembali, rehabilitasi dan rekonstruksi fasilitas lingkungan diharapkan dapat menjadi bagian yang diprioritaskan di dalamnya. Konsep ramah lingkungan menjadi acuan agar kondisi lingkungannya jauh lebih baik daripada sebelum gempa terjadi.

0 Response to "Gempa di Sumatera..."

Posting Komentar

wdcfawqafwef